Apa kabar, Aku Ingin Bicara (November 2019, Lalu)
Hey~
Apa kabar setelah sekian lama tak berkabar. Aku cuma mau bilang sekarang aku sudah pulang, dengan gelar sarjana. Iya, aku telah diwisuda. Terimakasih atas selamat yang tak sempat terucap dari bibirmu, tapi ku yakin hatimu masih mendoakanku, meski tak melulu namun selalu.
bagaimana mimpi-mimpimu?
Apa saja yang telah kau lewatkan sejauh ini.
Aku?
Setelah ini Aku hanya ingin segera bekerja, menabung, mengumpulkan pundi-pundi, lalu mengajakmu menikah. Iya, kamu. Karena selama ini dalam kesendirianku aku terus bertanya tentang sosok yang paling ku cinta, dan jawabannya selalu sama; "Rizka Pramita".
Kau boleh bilang aku mengada-ada, atau bisa pula kau bilang mimpiku terlalu tinggi, tapi tak salah 'kan jika aku bermimpi. Tak masalah 'kan jika aku berjuang; aku tak akan menyerah, dan tak akan mengalah sebelum kau di ikat oleh suatu pernikahan. bagiku sekarang aku masih punya peluang, meskipun hadirku selalu kau halang.
Sejauh ini tahukah kau?
Bagiku, cinta ini menghidupiku, meski patah hati terhadapmu telah berulang kali membunuhku. Tak mengapa, karena lantunan doaku selalu tersemat namamu, masalah akan sampai kepadamu atau tidak, tak jadi masalah, setidaknya aku telah mencintaimu, yang menurutku sangatlah megah.
Aih, seandainya kau beri aku sedikit ruang; "AKU INGIN BICARA"
Aku Ingin Bicara,
untuk memberitahumu bahwa kamu selalu punya aku sebagai tempatmu pulang, aku akan selalu ada untukmu, kapanpun kau mau, kapanpun kau butuh, sesempat-sempatmu kapan, sekapan-kapan sempatmu. pada rentetan tulisan yang terunggah, teman-temanku selalu bertanya apa yang membuat aku begitu masih sangat menginginkan kamu, kurang lebih empat tahun belakangan ini hanya namamu yang aku tuju, dan aku rasa jawabnya adalah sejauh ini aku tak pernah terasa sia-sia menunggumu, akan ku temukan jalannya agar kau pun akhirnya akan berbalik kepadaku.
Ya, aku tahu, meski sikapmu selalu dingin kepadaku, dan anganku begitu jauh untuk menggapaimu, namun aku akan terus berharap semoga tidak terlambat bagimu untuk menyadari bahwa aku selalu di sini, selama ini;
Menunggumu hadir, menemani hariku yang mendambakan kamu menjadi bagian cerita di hari-hariku nanti.
Aku Ingin Bicara,
menepis pintamu bahwa aku harus menyerah, dan tak lagi menunggumu. kau bilang aku sudah kalah, rasamu kepadaku sudah tak lagi ada, sejak lama, sejak kita lama tak berjumpa, tapi pada ungkapmu bahwa aku kalah, sadarkah bahwa disana kita telahpun sama-sama menang; aku menang karena telah melawan ketakutanku sendiri tentang kehilanganmu, sementara kamu menang karena dengan meniadakan aku, telah membawa separuh perasaanku bersamamu.
Aku Ingin Bicara,
Sampai saat ini, aku ingin sekali kembali berbincang seperti sedia kala denganmu. ku kira kamu sudah tahu seberapa cerewet dan se-semangat apa diri ini untuk berbagi cerita maupun keping-keping mimpi yang selama ini aku simpan sendiri, tapi sejauh ini pula, sayang, kita terbatas ruang bisu dan yang paling miris hanya terhubung lewat viewer instastory.
Aku sangat kenal dirimu yang tidak mungkin sembarangan mengambil keputusan. pilihanmu untuk tak lagi melihatku mungkin telah kamu anggap tepat. Walau disisi lain juga berhasil mengoyak mimpi dan rasa yang kamu tanam dalam-dalam pada diri ini, kini, dan mungkin pada dirimu juga, dulu.
Jika kau masih tak ingin bersuara. tak apa, sebenarnya aku tidak semelakonis yang kamu bayangkan. Ya walau terkadang masih suka iseng menulis, menitip pesan rahasia di berbagai media. Aku pikir, aku masih dapat hidup dan bertambah produktif setiap harinya, menulis tentangmu selalu menjadi kesenangan sendiri untukku, melewatkan waktu sambil mengingatmu, yang tak lagi untukku. kumohon, meski hadirku tak lagi kau inginkan tapi biarkan aku tetap menulismu. saat ini aku sudah sadar akan hatimu yang tak ingin lagi ada aku, aku paham, Aku hanya perlu perlahan melepasmu, mengikhlaskan rasa, memudarkan luka dalam dada.
Kita Tak Lagi Bisa Saling Bicara,
tak mengapa, pada tulisanku kali ini aku ingin sekali lagi mengucap terimakasih karena kamu sempat menjadi pacar terbaikku, walau terasa singkat, dan selamat kamu yang masih selalu berhasil mengetuk pintu hatiku dan membuatku sulit melupakanmu. pada tulisan kali ini juga, Aku ingin sekali nlagi meminta maaf, dulu aku bahkan tak sempat menanyakan hal hal kecil yang paling sepele seperti, apa yang menjadi hal favoritmu dariku, apa lagu kesukaanmu, dan masih banyak lagi. aih aku juga belum sempat menceritakan semua kisahku padamu. Namun kisah kita berakhir lebih cepat dari yang ku kira.
Perpisahan yang menyulitkan dalam perjalanan hidupku, yang aku tahu, dimana aku tak sempat menyanyikan lagu kita kepadamu untuk yang terakhir kalinya, dan aku tak akan pernah mendengar suaramu lagi secara langsung, hanya bisa melihatmu di unggahan sosial media, dan rekaman suara lama, juga hanya bisa melihat sisa-sisa photomu yang tertinggal di ponselku.
Sungguh, kehilanganmu, aku merasa arah hidupku tak menentu, mimpi-mimpiku juga tak semenyenangkan dulu, saat kau bersamaku.
Rizka Pramita,
November 2019 ini aku masih mencintaimu, telah aku pungut sisa senyummu disepanjang jalan Yogyakarta, sebelum aku pulang ke Natuna. sisa senyum itu yang kini terus menghidupiku, menuntunku menuju hari yang baru yang tak lagi ada kamu.
Rizka Pramita,
Selamat melanjutkan hidup dan semoga bahagia selalu menyertaimu..
#Mozaikrhe
Posting Komentar untuk "Apa kabar, Aku Ingin Bicara (November 2019, Lalu)"