Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pada Sebuah Unggahan di Sosial Media

Pagi hari, kali ini.  kopi telah tersaji di atas meja kerjaku, kopi sisa semalam yang belum sempat aku habiskan. Sebatang rokok pun tinggal separuh, separuhnya telah di lenyap terbakar dalam kesepian. kali ini, entah kenapa mataku ingin terbuka lebih pagi dari biasanya, enggan untuk tidur kembali. padahal tak ada kegiatan apapun di pagi ini, tak ada yang harus di kerjakan pun tak ada juga pekerjaan. aku hanya duduk di depan laptop membaca kembali tulisan usang yang tak jua selesai aku tulis. tulisan itu bak kehilangan arah, tak tahu ujungnya akan kemana.  apakah akan ku buat dengan penuh bahagia di akhir cerita,  atau lagi-lagi dengan lara seperti pengalaman patah hatiku yang tak pernah menemukan obatnya.

Pagi hari, kali ini. 
kopi telah tersaji di atas meja kerjaku, kopi sisa semalam yang belum sempat aku habiskan.
Sebatang rokok pun tinggal separuh, separuhnya telah lenyap terbakar dalam kesepian.
kali ini, entah kenapa mataku ingin terbuka lebih pagi dari biasanya, enggan untuk tidur kembali.
padahal tak ada kegiatan apapun di pagi ini, tak ada yang harus di kerjakan pun tak ada juga pekerjaan.
aku hanya duduk di depan laptop membaca kembali tulisan usang yang tak jua selesai aku tulis.
tulisan itu bak kehilangan arah, tak tahu ujungnya akan kemana. 
apakah akan ku buat dengan penuh bahagia di akhir cerita, 
atau lagi-lagi dengan lara seperti pengalaman patah hatiku yang tak pernah menemukan obatnya.

Pagi hari, kali ini.
rasa kantuk yang hilang, sepi sendiri tak berteman.
pikiranku terasa keruh sekali pagi ini, entah apa sebabnya, semuanya serba tak kena.
aku pun semakin larut dalam kalut.
otak semakin kusut oleh tuntutan pekerjaan, pertanyaan yang membosankan, dan undangan pernikahan teman-teman.
aih hidup begini-begini saja, sejauh ini belum bisa membuktikan diri kepada keluarga, belum bisa mengenyangkan mulut-mulut tetangga.

Pagi hari, kali ini.
aku kembali ingin merapikan sisa-sisa kenang yang terus berantakan di dalam kening.
memilah-milah mana yang akan aku simpan dan mana yang harus aku musnahkan, 
rentetan senyuman, nama-nama yang berkesan juga tanggal-tanggal jadian dari kisah masa silam masih tersusun rapi di sana, di antaranya ada yang sudah mulai usang berdebu, ada pula yang masih rapi sekali bak baru keluar dari pabrik.
menata kembali hamparan kenang yang usang di dalam kening, banyak sisa-sisa rindu yang berserakan.
ingin aku kumpulkan satu persatu tetapi ketika ku sentuh rindu itu, jemariku berubah badai meniup kencang, membuatmya semakin berantakan.
aih rindu, hanya rindu yang tak pernah bisa aku susun rapi di pikiran, bagai debu kecil beterbangan, tak terlihat namun kerap menyebabkan perih dimata, pilu di hati.
sudahlah lupakan saja tak akan bisa tertata.

Pagi hari, kali ini.
ponsel berdering hanya dari pesan-pesan grup yang jarang di buka.
entah apa isinya yang aku tahu perlahan memory ponselku mulai penuh oleh gambar-gambar dan video tak penting dari grup itu.
tak berteman, ponsel adalah pelarian.
mencari, melihat, dan membuka sosial media.
perempuan-perempuan cantik muncul di beranda, mengayunkan tubuhnya serupa, dengan backsound musik yang belakangan sering terdengar dimana-mana.
meniti, melihat, dan membuka sosial media.
terpaku pada satu wajah yang tak asing oleh mata.
caranya tersenyum aku kenal betul, bahkan suaranya kembali terngiang dikepala kala aku lihat senyumnya itu.

Pagi hari, kali ini.
Pada unggahan  di Sosial media wajah cantikmu kembali merasuk ke dalam bola mata.
Pagi hari, kali ini.
Pada unggahan  di Sosial media senyum itu kembali mengusik kenang yang tadi aku coba tata.
Pagi hari, kali ini.
Pada unggahan di Sosial media aku ingin menyapa, namun harus mengurungkan niat sebab tak ingin kembali menguak luka.

Pagi hari, kali ini.
Aku resah mengutuk diri sendiri.
bagaimana bisa aku ini yang sebenarnya orangnya mudah lupa, bahkan topik pembicaraanku dua jam yang lalu saja kadang aku lupa.
Tapi kenapa ya tiap detail tentang mantan itu bisa aku ingat dan seolah kekal di dalam otak?
Aku bisa ingat dengan detail;
Bagaimana suaranya,
bentuk lengkung bibirnya saat tersenyum,
Bagaimana caranya memanggilku,
Tatapannya yang teduh,
Bahkan aku ingat, kadang juga masih terasa bagaimana hangat pelukannya.

Pagi hari, kali ini.
Pada unggahan di Sosial media;
Sosok yang dulunya sangat dekat, namun kini begitu jauh.
Pada unggahan di Sosial media;
memandangi tiap detail wajahnya yang semakin asing, tapi tetap kekal di kening;
Matanya yang dulu pernah aku tatap,
rengeknya yang aku dengarkan dengan sabar,
juga bibirnya yang aku kecup dengan luapan asmara begitu dalam.

#Mozaikrhe

Posting Komentar untuk "Pada Sebuah Unggahan di Sosial Media"