Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puan Lingga (at Meglio Juli 2019)

Puan Lingga

"Sebait hina masih lari dalam bayang
Sekeras ombak menghancur karang
'Ku rasa harus bergerak
'Ku rasa harus bertindak"
                                                (Mlrk.W.P)

Kalimat diatas adalah tulisan tangannya yang abadi tergores di buku bertajuk "Mozaikrhe" milikku.  Tulisan yang entah maksudnya apa. Aku tak tahu harus menerjemahkan tulisan itu ke arah mana, pun sedari tadi kami bertemu aku hanya sibuk memperhatikan pesonanya, aku tak menghiraukan tiap kata yang Ia tulis di buku catatanku. Pesonanya itu; Pesona yang masih sama, pesona sosok Gadis Melayu yang kemarin sempat mengaku si Manis dari Daek - Lingga. Pengakuan yang tak bisa aku bantah sebab memang benar dia semanis itu dan semenarik itu, percayalah.

26 Juli 2019.
Meglio sebuah kedai pizza milik Duta Sheila On 7, tempat kami sepakat untuk bertemu. Pertemuan yang sudah di rencanakan sejak lama, namun baru bisa terealisasikan pada malam itu. Pertemuan yang aku atur dengan alasan ingin memberinya sebuah hadiah "buku" tulisanku yang telah lama rampung aku tulis untuknya. Sebuah buku yang aku tulis, aku cetak dan aku desain sendiri. Buku itu tentang sudut pandangku terhadapnya, bagaimana aku menceritakan cantiknya dan sebuah media untuk mengungkap ketertarikanku kepadanya. 

Pertemuan pada malam itu rasanya begitu singkat. Tak banyak cerita yang aku dapat darinya, aku pun tak bisa banyak menceritakan tentangku padanya, sebab kami bertemu tak hanya berdua, kami mengajak teman masing-masing, jadi aku tak bisa mengulik lebih dalam tentangnya bahkan tak sempat aku tanyakan apa warna favoritnya, genre musik kesukaannya, dan beberapa hal-hal kecil tentangnya. Aku tak bisa menanyakan hal-hal itu sebab canggung rasanya untuk bertanya hal semacam itu di depan teman-teman kami. Pertemuan pada malam itu hanya di lewatkan dengan perkenalan dan pembicaraan random antara aku, temanku, dia dan dan teman-temannya. Aku bahkan tak sempat untuk menatap matanya lebih lama, tak sempat mendengar suaranya lebih banyak, dan belum seutuhnya merekam senyum manisnya di kepala. Semuanya berlalu dengan biasa-biasa saja, banyak tawa dan cerita yang seadanya, kenangan yang di sisakan hanya beberapa video yang tersimpan di arsip instastory. Lalu, kami pulang ke rumah masing-masing, aku pulang membawa penasaran dengan segala hal tentangnya yang belum aku ketahui dan dia pulang dengan membawa sebuah buku tulisanku. Meski begitu, sepanjang perjalanan pulang, tentangnya melekat di kepalaku, membuatku semakin mengaguminya, dan membuat aku tertarik untuk tahu lebih banyak tentangnya, aku juga merasakan ada perasaan yang sedikit berbeda di dalam dada ketika aku mengingatnya.

Malam merangkak naik perlahan
setelah lama mendekam dalam elegi
kehampaanku pun rasanya mulai beranjak pergi
Malam ini;
Sedikit lara mereda karena senyummu.
Puan Lingga, Kau cantik sekali malam ini
Puan Lingga, segenap rasa 'ku mulai megah
Puan Lingga, kepadamu
sepenggal jumpa inikah rahasia 
yang tak lagi di rahasiakan semesta?
                                (at Meglio Juli 2019, Bare)

Setelah pertemuan malam itu, aku kerap memikirkannya, cantiknya seolah menetap di khayal dan selalu hadir di lamunan. Ingin rasanya aku menemuinya lagi, tapi aku menahan diri. Aku masih menunggu tanggapannya tentang buku yang aku tuliskan tentangnya sebab di dalam buku itu sudah aku uraikan semua sudut pandangku tentangnya dan sudah pula aku utarakan rasaku kepadanya. Namun,  semua tak berjalan sesuai rencana. Lama waktu berlalu aku tak menemukan jawaban. Aku tak tahu bagaimana pendapatnya tentang buku yang aku tuliskan itu, aku juga tak tahu perasaannya setelah membaca tulisanku. Sampai akhirnya waktu berlalu, tahun berganti dan aku hanya mendapatkan rasa penasaran tentangnya. 

harap yang di paksa lenyap!

Kini, pada bengisnya waktu yang terlewat; selama ini aku pikir rasa penasaranku terhadapnya dan keinginan untuk mengetahui tiap detail tentangnya telah padam, ternyata tidak. Setiap kali raut wajahnya muncul di beranda sosial media, rasa kagumku terhadapnya masih sama, bahkan sesekali ada perasaan ingin memilikinya sekali saja, barangkali bisa selamanya. Sungguh dalam pekat gelap malam aku masih kerap berharap semoga suatu hari semesta akan membuat kami bertemu kembali, atau tiba-tiba dia yang datang memberikan sebuah tanggapan baik dari buku yang pernah aku tuliskan untuknya. Meski faktanya semakin hari yang aku temui bahwa sosoknya semakin jauh, benteng yang menghalangiku untuk mendekat kepadanya pun semakin tinggi, tapi aku masih selalu percaya bahwa semesta akan membawanya kepadaku. Aku percaya, walaupun nantinya dia datang tak seperti yang aku harapkan tapi setidaknya aku bisa mendapat jawaban atas apa yang pernah aku tuliskan, agar rasa penasaranku terhadapnya terbayarkan.

Puan Lingga, kepadamu
penantian inikah, sebuah rahasia
yang tak di ungkapkan semesta?


#MozaikRhe

Posting Komentar untuk "Puan Lingga (at Meglio Juli 2019)"