Sebab "Aku Hanya Teman Sepimu"
Kepadamu dengan penuh tanya; dulu, apakah benar aku yang kau cinta?
seolah berbisik-bisik menyampaikan berjuta rasa penuh sengsara.
Mengapa kau selalu meniadakan aku?
Sedang aku terlalu sibuk mencintaimu.
Kepahitan-kepahitan yang dulu kau beri selalu aku terima dengan lapang dada, sementara rasa rinduku yang tulus kau acuhkan dengan semena-mena. Tak lagi ku dengar kabar darimu. tiap pesan yang aku kirimkan bagai selembar koran yang hanya kau baca lalu tinggalkan. entah salah apa yang sudah aku lakukan hingga begitu sederhananya diriku kau lupakan.
Bukankah kita yang dahulu bercita-cita untuk tinggal serumah, menabung mimpi, merakit masa depan, dan hidup bahagia dengan buah cinta yang dulu kau bilang cukup dua saja. Bukankah kita yang dahulu saling bertukar rindu dalam setiap temu, mewariskan setiap angan dan berjanji untuk saling satu? Bukankah kita yang dahulu sering melewati malam hanya berdua, bermandi peluh, bersuara parau, dan tak sadar matahari telah datang dibalik pintu.
atau apakah kau lupa?
Aku yang selalu ingin menjadikanmu bagian dari hidupku, menuliskanmu sebagai cerita dalam tiap langkahku mulai dari aku terbangun hingga aku menutup diri dalam lelap. Aku yang selalu ingin membuatmu tertawa dikala duka dan lara datang kepadamu, dan aku ingin selalu aku yang menjadi alasan mengapa kita diciptakan ke dunia.
Kau yang masih benderang di kepala.
Masihkah ada sedikit aku dalam hatimu, yang kadang membuatmu rindu? semoga saja masih, agar bukan hanya aku yang menanggung rindu ini sendirian, ataukah aku yang dulu terlalu percaya diri, merelakan seluruh cinta tumbuh dalam relung hati, menghibur jiwa hingga ketika kau tiada, aku yang merana setengah gila.
atau benarkah kata mereka?
Aku hanya kau jadikan teman sepimu ketika kekasihmu jauh darimu. Aku hanya tempat menghibur dirimu yang kebetulan ada untukmu, waktu itu. Ibaratnya, kau bagai sebuah mobil dan aku hanya bengkel yang harus memperbaikimu dengan berbagai cara, hingga senyummu kembali merona, dan gembiramu kembali nyala. Sedangkan dia, dia bagai garasi untukmu, tempat kau pulang dan mengistirahatkan diri, dan semua jerih payahku hanya terbayar dengan letih, sedang dia kembali membuatmu merintih. Iya, mungkin benar aku hanya sebuah bengkel tempat kau singgah, bercerita tentang bagaimana sakitmu, bagaimana dia memperlakukanmu dengan angkuh. Lalu aku harus berpikir, mencari kata-kata yang tepat, menggali alibi-alibi yang akan membuatmu kuat. Ketika semuanya telah aku upayakan dan sakitmu perlahan menghilang, lalu kau pergi tanpa meninggalkan pesan, yang kau sisakan hanya cerita lukamu bersama dia, lalu kau pergi dengan bahagiamu karena aku.
akhirnya aku benar-benar tahu bahwa memang “Aku hanya teman sepimu”
#MozaikRhe
Posting Komentar untuk "Sebab "Aku Hanya Teman Sepimu""